Jurnal Refleksi Dwi Mingguan – 1 (29 Juni 2024)

  • Penulis: Jayanto, M. Pd.
  • Instansi: SMKN 1 Gebang Kab. Cirebon
  • Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan -1, 29 Juni 2024

Sebagai calon guru penggerak penulis akan merefleksikan seluruh rangkaian kegiatan selama mempelajari modul 1.1. yaitu tentang Filosofis pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan. Dalam mengerjakan tugas ini saya menggunakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway , melalui pertanyaan sebagai berikut:

Jurnal Refleksi
  • Facts (Peristiwa): Ceritakan pengalaman Anda mengikuti pembelajaran pada minggu ini atau pada saat aksi nyata ke dalam kelas ? Apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? Ceritakan juga hambatan atau kesulitan Anda selama proses pembelajaran pada minggu ini? Apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut?
  • Feelings (Perasaan): Bagaimana perasaan Anda selama pembelajaran berlangsung? Apa yang saya rasakan ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Ceritakan hal yang membuat Anda memiliki perasaan tersebut
  • Findings (Pembelajaran) : Pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini ? Apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini?
  • Future (Penerapan) : Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal serupa di masa depan ? Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari peristiwa ini?

Berikut hasil refleksi yang telah penulis lakukan, diantaranya:

Facts

Sebelum mempelajari modul 1.1, keyakinan saya tentang murid dan pembelajaran di kelas lebih berfokus pada pencapaian akademis dan pemenuhan standar kurikulum. Saya cenderung melihat peran saya sebagai pengajar yang mentransfer pengetahuan kepada siswa, dengan harapan mereka dapat menguasai materi yang diajarkan dan lulus ujian dengan baik.

Feelings

Banyak hal yang penulis rasakan selama menjalani Pendidikan Guru Penggerak ini, diantaranya ada perasaan senang karena dengan mengikuti pelatihan guru penggerak banyak pengalaman yang penulis dapatkan, sebaliknya didisisi lain ada perasaan kuatir dikarenakan dalam mengikuti pelatihan guru penggerak ini waktunya yang lama, khawatir jika tidak bisa melakakun semua tanggung jawab yang diberikan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Selain itu khawatir tidak bisa membagi waktu untuk mengajar dan masih banyak lagi kekhawatiran lain. Penulis berusaha untuk tetap menjaga kesehatan, berdoa kepada Allah SWT semoga penulis diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menjalankan tugas sebagai guru maupun menyelesaikan semua tugas pendidikan guru penggerak yang diberikan.

Disisi lain, Penulis merasakan bahagia dan senang karena bisa mengikuti Pendidikan Guru Penggerak ini sebab untuk bisa lolos seleksi tahap 1 dan 2 itu tidak mudah. Dalam perjalanan mengikuti pelatihan guru penggerak ini penulis mulai menerapkan filosofis Ki Hajar dewantara dalam pembelajaran dikelas. Pembelajaran yang berorientasi pada anak ternyata berimbas rasa kasih sayang penulis terhadap murid semakin bertambah. Penulis tidak lagi memandang murid yang sering bercanda, mengganggu teman-temannya, dan bermain-main di kelas sebagai anak yang nakal dan harus ditegur. Karena penulis menyadari bahwa kodrat anak adalah bermain. Maka muncul ide penulis untuk mengemas pembelajaran yang kaku menjadi sebuah pembelajaran yang menarik agar murid bisa mengikuti proses pembelajaran dengan menyenangkan. Keinginan penulis sebagai guru untuk menuntun kodrat alam dan kodrat zaman yang melekat pada murid semakin besar.

Findings

Dari pembelajaran ini penulis menemukan hal-hal baru, yang sebelumnya penulis kurang memahami tentang filosofis Ki Hajdar Dewantara. Penulis mendapat ilmu-ilmu baru yang penulis perlukan untuk meningkatkan kompetensi penulis sebagai seorang pendidik. Melalui 6 Dasar pemikiran ki hajar Dewantara penulis merasa mendapat bekal yang tidak ternilai harganya. Penulis menyadari bahwa:

  1. Pendidikan yang Holistik: Pendidikan harus memperhatikan keseimbangan antara perkembangan akademis, karakter, dan keterampilan sosial-emosi siswa. Ini berarti fokus tidak hanya pada hasil ujian tetapi juga pada pengembangan pribadi siswa.
  2. Pentingnya Kontekstualisasi: Pendidikan yang relevan dengan konteks lokal dan kebutuhan zaman akan lebih bermakna bagi siswa. Saya melihat pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal dan keterampilan abad 21 dalam kurikulum.
  3. Peran Guru sebagai Pembimbing: Sebagai guru, saya harus berperan lebih sebagai fasilitator dan mentor yang mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh, bukan hanya sebagai pemberi materi pelajaran.

Future

Penulis akan melakukan hal terbaik dalam proses pembelajaran dikelas, agar tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik. Banyak hal yang akan penulis benahi yang selama ini tanpa disadari apa yang penulis lakukan jauh dari kata sempurna jika dikaitkan dengan filosofis pemikiran Ki Hajdar Dewantara. Penulis berencana untuk segera menerapkan beberapa langkah berikut:

  1. Personalisasi Pembelajaran: Penulis akan lebih fokus pada pemahaman kebutuhan dan potensi individu siswa, menggunakan metode pembelajaran yang variatif untuk memenuhi gaya belajar yang berbeda.
  2. Penggunaan Proyek Berbasis Komunitas: Mengembangkan proyek-proyek yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah nyata di komunitas mereka, seperti proyek revitalisasi taman atau program pengelolaan sampah, yang mencerminkan prinsip Trikon.
  3. Peningkatan Keterlibatan Orang Tua dan Komunitas: Melibatkan orang tua dan komunitas dalam proses pendidikan melalui pertemuan rutin, kegiatan ekstrakurikuler, dan program kolaboratif yang menghubungkan sekolah dengan lingkungan sekitar.
  4. Pengembangan Karakter dan Budaya: Mengintegrasikan nilai-nilai karakter dan budaya lokal dalam kurikulum dan aktivitas sekolah untuk membangun rasa bangga dan tanggung jawab sosial siswa.
  5. Pendekatan Holistik dalam Pengajaran: Mengadopsi pendekatan yang mengutamakan keseimbangan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam proses belajar mengajar.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, penulis berharap dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif, relevan, dan mendukung perkembangan holistik siswa, sesuai dengan visi Ki Hadjar Dewantara. Refleksi Dwi Mingguan-1 ini menginspirasi penulis untuk terus belajar dan mengembangkan diri sebagai pendidik yang lebih baik, yang mampu memberikan pendidikan yang benar-benar berpihak pada anak.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top