Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam kenal Bapak/ Ibu, rekan-rekan Guru yang sedang mengikuti kegiatan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11. Nama saya Jayanto dari SMKN 1 Gebang Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, salah satu CGP Angkatan 11 yang sedang mengikuti Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 11 dan saat ini sedang dalam proses menyelesaikan modul 1.1. Dalam artikel  ini penulis akan memaparkan koneksi antar materi selama pembelajaran modul 1.1, kesimpulan serta refleksi. 

Ki Hadjar Dewantara

Dimulai dengan melakukan refleksi diri sejauh mana penulis mengenal dan memahami filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD). Harus diakui bahwa  kata-kata seperti: budi pekertiIng ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani  sudah sering kita dengar dan menjadi jiwa dari pendidikan nasional. Oleh sebab itu, pada tahap awal ini, penulis berdialog dengan diri sendiri untuk menemukan pemikiran mendasar Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan peran  sebagai pendidik. Pada eksplorasi konsep penulis lebih  mendalami tentang  mengenal konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) dengan menyimak beberapa video menarik tentang, kondisi Pendidikan pada zaman kolonial, berikut beberapa catatan penulis:

Ki Hadjar Dewantara, yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, adalah tokoh yang memiliki visi revolusioner dalam dunia pendidikan. Lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat pada tahun 1889, beliau dikenal karena pandangannya yang holistik dan mendalam tentang pendidikan. Filosofinya menekankan pentingnya pendidikan yang tidak hanya fokus pada pengembangan intelektual, tetapi juga pada pembentukan karakter dan budaya. Melalui semboyan yang terkenal, “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” (di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan), Ki Hadjar Dewantara mengajarkan bahwa pendidikan harus berpihak kepada anak, memperhatikan kodrat alam dan zaman, serta membangun individu yang utuh dan mandiri. Pemikiran-pemikiran ini menjadi dasar penting dalam merancang sistem pendidikan yang relevan dan adaptif di Indonesia.

Pendidikan Yang Menuntun

Bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya baik sebagi manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan, namun pendidik harus bisa menjadi “pamong” dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang “Pamong” dapat memberikan “tuntunan” agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan anak lainnya. Oleh sebab itu tuntunan seorang guru mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat).

Pendidikan Yang Sesuai Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat Alam dan Kodrat Zaman. Kodrat Alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan dimana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”.

KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodrtanya sesuai dengan alam dan zamannya. Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan Abad ke-21, sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka pendidikan harus disesuaikan dengan konteks lokal sosial budaya murid setempat, Murid di Indonesia Barat tentu memliliki karakteristik yang berbeda dengan murid di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur.

Pendidikan yang memerdekakan dan menghamba pada anak

Pendidikan yang memerdekakan menurut KHD adalah suatu proses pendidikan yang meletakkan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh kembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batiniah. Pendidikan harus berorientasi pada murid sehingga pendidikan harus berhamba (melayani dengan sepenuh hati) pada anak.

Kesimpulan tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan menekankan pada prinsip-prinsip utama yang melibatkan keseimbangan antara kodrat alam dan kodrat zaman, pendidikan yang berpihak pada murid, dan peran guru sebagai pembimbing yang memberi teladan. Ki Hadjar Dewantara mengedepankan konsep pendidikan yang holistik, di mana pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek kognitif tetapi juga mencakup perkembangan karakter dan budaya. Asas Trikon (Kontinuitas, Konvergensi, dan Konsentris) menekankan pentingnya mengintegrasikan aspek lokal dengan perkembangan global serta fokus pada pengembangan individu sesuai dengan potensi dan minatnya.

Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru dari Modul 1.1

Keyakinan Sebelum Mempelajari Modul 1.1

Sebelum mempelajari modul 1.1, keyakinan penulis tentang murid dan pembelajaran di kelas lebih berfokus pada pencapaian akademis dan pemenuhan standar kurikulum. Penulis cenderung melihat peran sebagai pengajar yang mentransfer pengetahuan kepada siswa, dengan harapan mereka dapat menguasai materi yang diajarkan dan lulus ujian dengan baik.

Perubahan Pemikiran dan Perilaku Setelah Mempelajari Modul Ini

Setelah mempelajari pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam modul 1.1, pandangan penulis tentang pendidikan mengalami perubahan signifikan. Penulis menyadari bahwa:

  1. Pendidikan yang Holistik: Pendidikan harus memperhatikan keseimbangan antara perkembangan akademis, karakter, dan keterampilan sosial-emosi siswa. Ini berarti fokus tidak hanya pada hasil ujian tetapi juga pada pengembangan pribadi siswa.
  2. Pentingnya Kontekstualisasi: Pendidikan yang relevan dengan konteks lokal dan kebutuhan zaman akan lebih bermakna bagi siswa. Penulis melihat pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal dan keterampilan abad 21 dalam kurikulum.
  3. Peran Guru sebagai Pembimbing: Sebagai guru, penulis harus berperan lebih sebagai fasilitator dan mentor yang mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh, bukan hanya sebagai pemberi materi pelajaran.

Implementasi di SMKN 1 Gebang dan Kelas

Untuk mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara di kelas dan sekolah, penulis berencana untuk segera menerapkan beberapa langkah berikut:

  1. Personalisasi Pembelajaran: Penulis akan lebih fokus pada pemahaman kebutuhan dan potensi individu siswa, menggunakan metode pembelajaran yang variatif untuk memenuhi gaya belajar yang berbeda.
  2. Penggunaan Proyek Berbasis Komunitas: Mengembangkan proyek-proyek yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah nyata di komunitas mereka, seperti proyek revitalisasi taman atau program pengelolaan sampah, yang mencerminkan prinsip Trikon.
  3. Peningkatan Keterlibatan Orang Tua dan Komunitas: Melibatkan orang tua dan komunitas dalam proses pendidikan melalui pertemuan rutin, kegiatan ekstrakurikuler, dan program kolaboratif yang menghubungkan sekolah dengan lingkungan sekitar.
  4. Pengembangan Karakter dan Budaya: Mengintegrasikan nilai-nilai karakter dan budaya lokal dalam kurikulum dan aktivitas sekolah untuk membangun rasa bangga dan tanggung jawab sosial siswa.
  5. Pendekatan Holistik dalam Pengajaran: Mengadopsi pendekatan yang mengutamakan keseimbangan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran di Lab TKJ

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, penulis berharap dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif, relevan, dan mendukung perkembangan holistik siswa, sesuai dengan visi Ki Hadjar Dewantara. Refleksi ini menginspirasi penulis untuk terus belajar dan mengembangkan diri sebagai pendidik yang lebih baik, yang mampu memberikan pendidikan yang benar-benar berpihak pada anak.

  • Penulis: Jayanto, M. Pd.
  • Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11
  • Instansi: SMKN 1 Gebang Kabupaten Cirebon

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top